You need to enable javaScript to run this app.

When Life Is No Lenger In Line With The Time

When Life Is No Lenger In Line With The Time

Hidup itu penuh dengan liku – liku, dengan liku – liku itu maka hidup akan penuh dengan warna, bisa merah, putih, juga hitam. Dengan liku – liku, hidup bisa membuat orang menjadi lebih dewasa atau bisa menjadi lebih terpuruk dalam menjalani kehidupan. Hidup adalah sebuah ujian. Ketika berhasil menjalani hidup berarti kita bisa melewati beberapa ujian, lulus dari ujian kita mengharapkan Reward atau  Pahala. Tujuan hidup formal content nya adalah Mardhotillah (mencari ridho allah). Orang yang berani hidup adalah orang yang berani menantang ujian. Marilah kita merubah paradigma menjadi berani hidup daripada berani mati. Tidak semua ujian hidup bisa dilewati dengan mudah, banyak sandungan berupa duri duri dalam hidup. Cobaan hidup silih berganti, dari mulai kekayaan, kemelaratan  sampai utang piutang itu juga cobaan sejauh dari sisimana kita memandang. “We didn’t remember about our purwadaksi, so we got bad life”. Sesuai dengan tujuan  hidup yang diperintahkan dalam  firman Allah,” Tidak semata-mata Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” kata Allah. Ya hidup hanya semata – mata untuk beribadah kepada Allah. Cobaan hidup yang bertubi – tubi jadikanlah sebagai ladang mendapatkan reward pahala dariNya dengan sabar dan tawaqal.

Hidup itu harus searah dengan Jarum Jam, dalam arti menjalani hidup secara Prosedural menurut aturan hidup baik secara HablumminAllah dan Hablumminannas. Hidup searah dengan jarum jam adalah hidup sesuai dengan ketetapan yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa dan fikirkan apa yang harus dilakukukan, lakukakan apa yang harus dikerjakan mulai sekarang.

Analogi hidup searah dengan jarum jam adalah hidup dengan nyaman, ikhlas, dinikmati, disyukuri sesuai Qodrat dan Irodatnya, ketika hidup masih dalam orbit yang benar dalam jalur yang benar, dalam koridor yang benar,  maka hidup akan terasa lebih indah, lebih sehat, lebih terarah, lebih nyaman. Mulai dari pola makan yang sehat, pola hidup yang sehat. Maka hidup itu akan searah dengan jarum Jam.

 

Hidup searah jarum jam adalah hidup yang dinamis, hidup yang harmonis, hidup yang Saqinah, Mawadah, Warohmah. Karena orang yang menjalaninya benar – benar  bisa me manage waktunya hingga hidupnya bermanfaat bagi orang lain atau bagi dirinya sendiri. Jarum Jam tidak akan pernah berbalik arah, Jarum jam berjalan selalu ke kanan tidak pernah berjalan ke kiri sesuai ketetapan pabrik yang membuatnya. Ketika Jarum jam berhenti maka hanya dua opsi yang muncul, rusak atau tenaga potensial dari Batreynya lemah. Begitu juga hidup kita, bila jarum jamnya berhenti maka hidup itu statusnya menjadi waspada, sakit, lemah atau kematian.

Banyak keuntungan – keuntungan bila kita menjalani hidup searah dengan Jarum Jam, karena kita menjalaninya dengan disiplin berbagai kegiatan sesuai aturan main dalam kehidupan, seiring dengan detaknya waktu yang bergulir.  Hidup itu terdiri dari beberapa fase . Kita harus menjalaninya fase demi fase sesuai ketetapan hidup. Bukankah kita sedang menjalani hidup ini searah dengan Jarum Jam?

Sholat sehari semalam lima waktu, ketika menjadi hanya tiga waktu sehari semalam, bukankah hidupmu tidak searah lagi dengan jarum jam?. Makan sehari tiga kali, ketika kita kurangi menjadi sehari satu kali atau tidak makan sama sekali, bukankah kita sudah tidak searah lagi  dengan jarum jam?. Ketika kita mendapat harta atau rizqi yang lebih tapi kita tidak menginfakan dan sodaqoh kepada orang yang membutuhkan, bukankah kita sudah tidak searah lagi dengan jarum jam?. Ketika kita bekerja seminggu enam hari, tapi kita bolos dua hari tanpa alasan yang jelas, bukankah kita sudah tidak searah lagi dengan jarum jam?. Makanlah sesuai dengan aturan, ketika tidak sesuai dengan aturan apa yang terjadi?.  Berhentilah sebelum kenyang, ketika dilanggar apa yang terjadi?.  Bukankah kita sudah tidak searah lagi dengan jarum jam?. Tuhan saja tidak suka orang yang suka berlebih-lebihan. Ketika kita Dzolim kepada saudara kita, ibu bapak kita, institusi kita, lembaga kita, bukankah itu juga sudah tidak searah lagi dengan jarum jam?. Ketika kita mendapatkan kebahagian dalam hidup tetapi kita tidak bersyukur, bukankah itu juga tidak searah dengan jarum jam? Dan masih banyak lagi yang lainnya. Marilah kita teliti bersama - sama dari mulai  jelang pagi, siang, sore, malam, sampai pagi lagi. Banyak fase yang harus kita jalani.  Fase demi fase harus dilalui dengan benar agar kita dinyatakan berhasil dalam menjalani hidup, agar kita dikatakan menjalani hidup secara prosedural sesuai ketetapan dan atauran, sementara Jarum Jam masih berputar, berdetak seakan -  akan mengiringi langkah kehidupan manusia – manusia di muka bumi ini.

Marilah kita manfaatkan hidup ini sebaik baiknya searah jarum jam, sesungguhnya kita itu benar – benar dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran. Hanya orang – orang yang beriman yang bisa memanfaatkan waktu. Demi masa, demi waktu, demi langit dan sesuatu yang datang pada waktu malam, tahukah kamu apakah sesuatu yang datang pada waktu malam itu? yaitu bintang yang menembus kegelapan malam.

Dari sebagian firman – firman itu mengisyaratkan bahwa waktu  terus berjalan sesuai ketetapan, berjalan secara Sunatullah, bukan gejala alami (Natural Phenomenon). Tapi benar – benar  ada yang mengaturnya, karena kita percaya dengan agama. Semua sudah diatur sedemikian rupa dalam sebuah ketetapan, maka manfaatkanlah, karena waktu tidak akan pernah kembali kebelakang, waktu terus bergulir searah Jarum Jam.

Ketika kita melakukan aktifitas dari mulai membuka mata hingga sampai menutup mata lagi, maka  jarum jam terus berputar menjadi saksi bisu si pelakon hidup, banyak indikator hidup menjambangi kita selagi kita hidup, dan hidup diibaratkan:

  1. Hidup itu adalah sebuah tantangan maka hadapilah
  2. Hidup itu keindahan maka kagumilah
  3. Hidup itu tragedy maka tangisilah,
  4. Hidup itu merupakan sebuah tugas maka tekunilah
  5. Hidup itu misteri maka takjubilah
  6. Hidup itu impian maka wujudkanlah
  7. Hidup itu perlombaan maka menangkanlah
  8. Hidup itu janji maka penuhilah
  9. Hidup itu penuh teka – teki maka jawablah
  10. Hidup itu beribadah maka laksanakanlah dengan sungguh – sungguh jangan setengah – setengah.
  11. Hidup itu merupakan perjalanan maka tempuhlah dengan benar
  12. Hidup itu anugrah maka syukurilah
  13. Hidup itu kenyataan maka telanlah
  14. Hidup itu kepahitan maka carilah obat penawarnya
  15. Hidup itu kegembiraan maka bagilah dengan sesama
  16. Hidup itu petualangan maka lakonilah
  17. Hidup itu kesempatan maka manfaatkanlah
  18. Hidup itu pemberian maka hargailah
  19. Hidup itu cinta maka terimalah
  20. Hidup itu sandiwara maka perankanlah
  21. Hidup itu perjuangan maka tuntaskanlah
  22. Hidup itu harus beragama maka laksanakanlah, amalkanlah dengan benar
  23. Hidup itu adalah waktu maka manfaatkanlah dengan sungguh-sungguh
  24. Hidup itu searah jarum jam maka ikutilah sesuai prosedur yang benar.

Bila kita hidup searah dengan Jarum jam maka kita akan mencapai sebuah titik kulminasi yang benar – benar indah, nyaman, tentram, damai, dinikmati, disyukuri yang kedepannya menjadi Saqinah, Mawaddah, Warrohmah. Tapi sebaliknya apabila kita hidup sudah tidak searah lagi dengan Jarum Jam dalam arti menjalani hidup tidak prosedural, keluar dari ketetapan dan aturan yang berlaku, keluar dari orbitnya, keluar dari koridornya(ngarempak papagon agama), maka hidup itu sudah tidak searah lagi dengan Jarum Jam. Walhasil tinggal menunggu  konsekwensinya.

Kesimpulannya, bila kita hidup sudah  tidak searah dengan jarum jam lagi  maka kita sudah melanggar apa yang telah dibakukan, dituliskan, diperintahkan dalam sebuah ketetapan dalam aturan hidup manusia atau aturan hidup menurut Tuhan. Wallahu a’lam bisshowab.

Bagikan artikel ini:
YETI SURTINI, S.Pd., M.Pd.

- Kepala Sekolah -

                                       …

Berlangganan
Banner